Siomay Pink dan rasa syukur.
Ini adalah sebagian anugerah Rabb-Ku, untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur (QS An-Naml ayat 40)
Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih. (QS Ibrahim ayat 7 )
Buku Kisah Nyata Siomay pink Sebuah Perjalanan untuk Menemukan Cinta
adalah tentang Pak Sriyono, pedagang siomay yang mengawali usahanya
berjualan siomay dengan berkeliling menggunakan sepeda pink-nya, dan dengan dandanan dari atas sampai bawah serba pink. Ditambah pula boneka
teddy bear pink di kerangjang depan.
Rasa Syukur. Rasa
syukur adalah tentang Saya yang jika di-ilustrasikan begitu membaca
kisah hidupnya, mata Saya terbelalak dan hati mengkeret. Ada ya yang
takdirnya demikian, betapa kayanya Allah membuat skenario, jalan hidup
seseorang dengan penuh cobaan, mulai ditinggal Ibu kandungnya, menjadi
miliader pedagang siomay yang kemudian jatuh bangkrut krut, lalu diminta
menceraikan istrinya, dipisahkan dari kedua anaknya, hingga terjerat
hutang puluhan juta, dikejar-kejar debt collector, puncaknya, ketika
hanya selang sedetik saja ia hampir kehilangan nyawanya karena berniat
bunuh diri menabrakkan diri ke kereta.
Rasa syukur.
Karena jika tak membaca, Saya tidak akan pernah tahu ada kehidupan macam
itu. Dan masih berjuta cerita orang dengan ujian hidupnya
masing-masing.
Rasa syukur. Karena semoga hati ini selalu,
senantiasa dibuka, diketuk, dikremet kremet, untuk bisa mengambil kesan,
mengambil hikmah, mengambil pelajaran dan petunjuk yang Allah
hendaksampaikan pada Saya, dan pada siapa pun.
Rasa syukur. Karena
Allah memberi kekuatan, kemudahan untuk menjalani hidup. Karena hingga
kini tak ada ujian hidup yang sampai membuat berniat bunuh diri
(na'udzubillahi min dzalik). Karena sejak lahir hingga kini mimiliki
keluarga yang utuh, kasih sayang lengkap, sudah menikah, suami sholih,
sudah punya anak yang lucu...secara ekonomi selalu tercukupi, tak pernah
merasakan lapar karena tak punya uang, tak pernah merasakan sakit yang
berlebihan, bahkan ketika melahirkan pun.. Aaah, alangkah banyak nikmat
yang kudustakan.. astaghfirullah.. Dan yang paling disyukuri adalah,
ketika sempat melakukan maksiat, ketika sempat ada di lingkungan yang
membuat jauh dari Allah, Allah mengasihi Saya dengan menuntun Saya
bertaubat... semoga semakin mendekati akhir kehidupan, Saya tetap
istiqomah dan semakin bertambah-tambah nikmat Iman taqwa ini... aamiin,
Anda juga..
Sekali lagi, jika Saya boleh bicara sendiri
saat membacanya, 'Ada ya jalan hidup orang seperti itu? ada ya takdir
seperti itu?', tapi Saya cuma membatin dan rasanya semakin diremas-remas
hati Saya...
Saya anjurkan Anda membaca buku ini, beli
jika punya uang lebih. Buku ini meningkatkan rasa syukur kita.
Berderai-derai membacanya, tertohok-tohok menyadari bahwa kita jauuuhhh
lebih bahagia. Doa Saya, semoga Pak Sriyono semakin mendekati akhir
usia, semakin ditambah kenikmatan ruhaninya terutama, semakin ditambah
hidayahnya, dan semoga kisah hidup beliau yang ter-publish ini menjadi
amal pemberat timbangan Beliau nanti karena telah membawa hikmah pada
Saya, dan juga pembaca yang lainnya. Doa ini juga untuk Nidya Febriani
Utami @nidyafebriani, good job! awesome!
Maka, dengan kepahitan yang dialaminya, terbesitlah sebuah pemikiran. Yono akan bunuh diri... ya! Itulah satu-satunya cara melepas segenap derita. Dirinya sudah tak ada harganya di mata siapa pun. 'LALU UNTUK APA AKU TETAP HIDUP?'Kalau lapar, Yono mencari sisa-sisa makanan yang masih layak. Di situlah Yono merasakan kasih sayang Allah. Masih diingatnya ketika dia tertidur di bawah pohon dalam keadaan lapar. Begitu bangun, tahu-tahu di sampingnya sudah ada sebungkus nasi padang yang masih hangat. Dari siapa makanan itu kalau bukan dari Allah?Dulu ketika lelah sepulang kerja celoteh anak-anaknya selalu menjadi penyegar. Seberat apapun masalah yang dialaminya terasa ringan begitu melihat tingkah polah kedua putrinya.Sambil mengecat gerobak sepeda, air mata Yono menetes. Betapa besar kerinduan Yono pada buah hatinya yang kini entah berada dimana.
Rumah belakang UIN, 4 Januari 10.43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar