Rabu, 08 Januari 2014

Hidup Adalah Petualangan, by: Aldrin Ali Hamka



Semoga ini mengajarkan banyak hal, bahwa tidak ada perjuangan yang mudah

Hidup adalah Petualangan
by : Aldrin Ali Hamka
                Seperti di dalam pendakian. Pendaki akan mengalami kepuasan jiwa jika mendaki setapak demi dari kaki gunung ke puncak. Semua tiada yang instan. Saya bersyukur karena dilahirkan dari keluarga yang pas-pasan. Dengan demikian, perjuangan itu akan terasa nikmat. Lebih-lebih dapat menggapai apa yang diinginkan.
                Barangkali, semasa SMA, teman-teman sekolah berangkat-pulang sekolah di dalam mobil mewah ber AC atau sepeda motor. Namun saya bersyukur masih memiliki dua kaki untuk berlari dari Dau-Sengkaling ke SMA tugu.
                Barangkali, semasa SMA juga teman-teman seusiaku diberi uang saku lebih untuk jajan dan beli ini itu. Saya “akali”, agar dapat mendaki gunung saya membeli tumpukan koran-koran bekas teman-teman, kemudian saya jual lagi di rombengan. Pernah juga menjadi kuli membantu tukang memperbaiki rumah. Setiap malam membantu Ibu membuat adonan kue roti dan nagasari, yang mana keesokan harinya kami jual ke toko-toko. Meski itu tak lama.
                Semasa kuliah, di saat matahari menyengat atau hujan deras turun, mungkin para mahasiswa sedang asyik makan-makan di kantin, atau sedang istirahat. Di saat itu pula saya mencari dan menyabit rumput di sudut-sudut kota untuk memberi pakan kambing-domba yang kami gembala. Pernah juga diselimuti asap dan dibuntal debu-debu keliling Malang-Tumpang, berjualan pulsa dan makanan ringan.
Begitulah, tiada kata berhenti untuk mendaki hingga ke puncak. Puncak itu adalah mimpi setiap pendaki.
                Hingga saat inipun, saya terus mendaki ke puncak mimpi-mimpi. Mimpiku yaitu menyelesaikan studi di Rusia. Disini, bukan berniat untuk menjadi “wah” karena  bersekolah di luar negeri. Tetapi Rusia adalah mimpi sejak belasan tahun yang sejak dahulu ingin saya tunaikan. Sejak usia SD.
AlhamduLillah, Allah Ta’ala - Sang Pengabul Doa memenuhi.
                Meski demikian, bukan berarti  meraih mimpi terus bersantai-santai. Berjalan-jalan plesir seperti mahasiswa lain berkantong tebal pada umumnya. Di sini saya mendapatkan tantangan, membiayai hidup sendiri. Di sini, tidak perlu malu walaupun dahulu pernah menjadi buruh pabrik tirai. Sekarangpun menjadi tukang loper koran dan reklame, yang menghabiskan waktu dari pagi hingga sore. Setelahnya, saya lanjutkan hari itu pula dengan kuliah.

Dari sini pula saya belajar untuk menghargai pekerjaan apapun orang lain. Terutama pekerjaan yang jauh-jauh lebih sederhana. Apapun itu, yang penting halal.
Hidup adalah karunia yang patut disyukuri. Tidak ada yang perlu dikeluhkan dengan apa yang telah di dapat, karena masih banyak orang-orang yang tak seberuntung kita.
Hidup, sudah selayaknya diisi dengan perjuangan.
Berjuang, mendaki menuju puncak-puncak mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar