Selasa, 07 Januari 2014

On Mission [Bu Yoyoh bag.2]


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
 
Ikhwan dan akhwat fillah, Alhamdulillah kita sebagai kader yang sudah berada dalam jalan dakwah ini dengan susah senangnya – saya yakin senangnya lebih banyak ya – susahnya ada, tapi kita berupaya untuk mengatasinya, karena semua yang kita lakukan dalam jalan dakwah “argo”nya tetap jalan, kita mendapatkan ridha Allah baik senang ataupun susah. 

Dan kita berupaya untuk selalu mengajak orang lain ke dalam jalan dakwah ini dengan selalu mempertimbangkan sunnatullah. (Misalnya) bagaimana kita menghargai. Sunnatullah itu ‘kan (contohnya) semua manusia ada yang memiliki senioritas, ya kita hargai yang tua, kita sayangi yang muda, kita hargai yang kaya, kita sayangi yang miskin. Kita tempatkan orang sesuai dengan posisinya di masyarakat.
Kemudian kita berupaya untuk selalu menjaga intergritas pribadi kita sebagai seorang muslim, dengan misalnya kalau janji dengan orang lain kita tepati, kalau kita mendapatkan sesuatu dari orang lain kita berupaya untuk membalasnya.

Kemudian kita juga berupaya untuk – di manapun kita berada – kita adalah “on mission”. Karena kita yakin “if we are realize that we are on mission, we must keep the mission on”. Jadi kita selalu berupaya untuk menjaga misi ini jangan sampai misi kita off, tapi misi kita selalu on. Kita berada di manapun, di pemerintahan, sebagai legislatif, sebagai eksekutif, sebagai profesional, sebagai apa pun kita adalah on mission untuk menyampaikan risalah dakwah ini dan dakwah kita semakin banyak diminati oleh orang lain dan kerja kita semakin ringan tentunya dengan banyaknya pendukung-pendukung dakwah ini. Dan insya Allah diri kita akan bertemu di surga.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hakikat kehidupan adalah mempersiapakan bekal untuk episode kehidupan berikutnya yang masih sangat panjang. Gentar rasanya bila merenungkan betapa kehidupan yang akan kita jalani ini tak berujung, ujungnya ya di surga, atau neraka. Dan untuk menentukannya ya di dunia ini, sekarang ini. Karena apabila nafas sudah di tenggorokan, maka sudah tak ada waktu lagi bagi kita. Alangkah bersyukurnya kita, Saya, Anda, yang apabila hingga detik kehidupan kita kini, kita dalam naungan rahmat Allah SWT. Artinya, kita termasuk hamba-hamba yang diberi ilmu, dan semoga diberi kekuatan untuk melaksanakan ilmu itu. Kita termasuk yang diberi petunjuk dan hidayah, namuan kita harus terus berdoa agar juga diberi keistiqomahan sampai akhir nafas kita. 

Alangkah bersyukur, bila hidup seseorang telah mengetahui jelas visi dan misi hidupnya, Bahwa seorang hamba, tak hanya memenuhi kewajiban ibadahnya pada Tuhannya. Tak hanya sholat dan puasa Ramadhan. Tak hanya menutup aurat. Tak hanya menghormati orang tua. Tak hanya cukup dengan menjadi orang baik yang tidak melukai saudaranya. Bahwa ada visi besar, ada tujuan besar mengapa Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini - bagi mereka yang menyadarinya.

Sehingga ada misi-misi yang kemudian harus diemban, dilaksanakan dalam ikhtiar mewujudkan visi tersebut. Itulah, Bu Yoyoh Yusroh mengingatkan kita akan kehidupan kita yang 'on mission'. Membangunkan kita bahwa kita tidak sedang menikmati kehidupan, tapi sedang bertugas. Bahwa kita tidak sedang bermain, tapi menjaga. Bahwa kita tidak sedang bersantai, tapi berjuang. Bahwa kita tidak hanya milik diri kita sendiri, tapi milik banyak orang. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar