Selasa, 07 Januari 2014

Cerita Hijrahku Berjilbab






Sebenarnya, kewajiban mengenakan jilbab sudah kuketahui sejak SMP. Saat itu aku mengikuti kegiatan BDI (Badan Dakwah Islam) dan diamanahi sebagai Sekretaris. Namun, saat itu aku belum mengenakan jilbab (satu angkatan hanya ada 2 orang memakai jilbab, tahun 2002), parahnya, aku juga selalu ikut lomba dance yang mewakili kelas dalam class meeting sekolah. 

Tidak ada rasa malu. Meskipun selera pakaianku pun nggak neko-neko, meski sudah tahu ilmunya tapi tak ada rasa malu ketika rambut terlihat, kaki terlihat, parahnyaaaa tak ada rasa malu ketika sebagai anggota BDI ikut kompetisi dance antar kelas. Astaghfirullah...

Selepas lulus SMP, terbesit niatan untuk mengenakan jilbab ketika SMA nanti. Tapi lagi-lagi, setan masih jadi pemenang, niatan itu tertunda karena hobi menari yang tak terbendung. Hingga bahkan membuatku mendaftar ekskul cheerleader yang membawahi tim dance dan cheerleader sekolah. Alhamdulillah, aku hanya jadi tim dance - bukan cheerleader yang lebih sering tampil dan kostumnya yang 'menantang'. Memakai kostum dance saja rasanya sudah melukai hati nuraniku saat itu. Astaghfirullah, sempat tampil nge-dance sekali di pentas seni sekolah saat kelas 1.

Pasca pentas, alhamdulillah rasa malu itu datang. Berangkat dari pemahaman tentang kewajiban dan kebutuhan muslimah untuk berjilbab dan berpakaian syar;i, dan setelah 3kali membujuk orangtua, akhirnya aku berjilbab di kelas 2SMA setelah keluar dari ekskul dance dan hijrah ke ekskul jurnalistik. 

Ibuku bukan melarangku berjilbab. Ibu sendiri dan mbak Yuni juga berjilbab. Tapi melihat sifat dan sikapku yang masih plin-plan, Ibu menyuruhku memikirkan kembali niatanku itu, karena khawatir jika aku tidak betah mengenakan jilbab, lalu kemudian aku melepasnya kembali. Kedua kalinya, Ibu menolak karena aku sedang dibikinkan rok putih baru selutut. Lalu Ibu cerita ke Bapak tentang keinginanku ini, Bapak malah menegur Ibu sambil berkata "Anaknya mau berjilbab kok nggak boleh." Yang ketiga kalinya, Ibu langsung meng-iya-kan dan membuatkan seragam baru dengan rok panjang, Alhamdulillah.... 

Saat hari pertama berjilbab, tepat masuk sekolah pasca libur Lebaran, berbarengan denganku ada 7 orang teman seangkatan yang juga hijrah mengenakan jilbab, Allahu Akbar... jadi tidak terlalu canggung akan perubahan penampilan ini. Malah ada rasa bangga ketika berpapasan dengan mantan teman dekat yang pernah membawa pengaruh buruk. Rasa bangga bahwa aku telah ada pada jalanku sendiri, tidak lagi mengikuti kalian... (aah bagian ini rahasia ah... ). 

Mengikuti jalan Allah seperti halnya seorang pengemudi mengendarai kendaraan sesuai petunjuk dan mentaati aturan lalu lintas. InsyaAllah perjalanan akan lancar dan selamat...

Hingga kini, syukur tiada terkira jilbab ini tetap terpasang di tempatnya seharusnya, menutupi mahkota yang hanya bisa dinikmati oleh suami sendiri.. Alhamdulillah, 

Ya Allah, berikan keistiqomahan hingga akhir hidup kami untuk menjaga kehormatan diri kami dengan berpakaian muslimah sesuai syari'at-MU... jangan Kau jadikan kami perempuan-perempuan yang dilihat Rosulullah dalam perjalanan Isro' miraj-nya... Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar