Senin, 30 Juni 2014

Mengenang yang Pahit

Mungkin malam ini aku tak akan tidur. Jari jemariku mengenang engkau di sana yang pahit untukku. Mataku teliti melihat sejarah yang kau lalui. Lalu ada sebait cerita tentangmu yang menyakitkan hati, hingga aku mengingat dengan jelas memori mimpi malam itu yang membuatku menangis dini harinya. Hari itu, adalah titik balik bagiku, setelah mimpi itu...

Taukah, malam itu entah kapan, aku bermimpi... Mungkin mimpi ini petunjuk, karena toh setelah mimpi itu, aku semakin mencari pelarian cemasku, hanya pada Robb... Karena toh, pasca mimpi itu, aku memastikan diri, aku akan menerima laki-laki pertama... laki-laki pertama... sebagai jawaban dari pelarian cemasku. Ya, pasca mimpi itu, aku sangat cemas jika ternyata tidak denganmu.

Malam itu mimpi buruk bagiku. Aku masih mengingatnya dengan jelas, ketika aku mendengar kabar bahwa kau akan menjadi milik - dan memiliki orang lain, dan itu bukan aku. Padahal, padahal itu hanya mimpi, namun dini harinya aku terbangun dengan hati yang cemas. Duhai Robb, tenangkan jiwaku...

Empat musim telah berlalu, empat lailatul qadar mengubur tentangmu dalam-dalam, jauh-jauh. Jika kini kubuka sedikit, aku hanya ingin mengenangnya - yang pahit untukku.

Pagi itu aku terbangun dengan doa. Ya Robb, jangan biarkan hatiku memilih sesuatu yang tak berhak kupilih. Aku tak ingin punya pilihan. Aku ingin terbang melesat hingga setanpun tak mampu menyusulku. Aku tak ingin ada pada pilihan menolak - karunia yang Kau berikan, meski aku tak suka. Aku tak ingin punya pilihan untuk apapun dan siapapun. Aku manut ya Robb... Aku serahkan hatiku yang remuk redam, aku serahkan hatiku yang hitam, aku serahkan tinggi-tinggi untuk Kau tentukan, Kau titahkan. Aku akan menurut Ya Robb...

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

Ya Robb, aku tau titah-Mu adalah yang sempurna,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar